Koperasi Pasar Kranggan Memanggil!

Oleh Istianto Ari Wibowo

Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi. (Paragraf I Penjelasan Pasal 33 UUD 1945)Dengan menyebutkan kata koperasi secara tegas dan jelas serta menempatkannya dalam konstitusi menandakan bahwa para pendiri bangsa ingin meletakkan koperasi sebagai pilar penting dalam perekonomian Indonesia. Kini, 67 tahun setelah proklamasi berkumandang dan konstitusi disahkan, apakah harapan dan cita-cita tersebut telah terwujud.

Koperasi Pasar Kranggan

Mari kita sejenak jalan-jalan ke Pasar Kranggan yang juga memiliki koperasi pasar. Koperasi Pasar Rukun Agawe Santosa demikian nama koperasi itu. Memiliki badan hukum sejak tahun 1989, artinya telah berdiri selama 23 tahun. Saat ini Koppas RAS memiliki anggota sebanyak 616 orang dengan omset lebih dari 1,5 miliar per tahun dan dua orang ibu, Bu Partini dan Bu Prapti, sebagai pengurus yang sehari-hari mengelola segala hal terkait kegiatan koperasi.

Tidak ada yang aneh dengan paparan singkat tersebut. Mari kita lanjutkan perjalananan dengan masuk ke ruangan koperasi. Kita akan disambut dengan senyum ramah dari pengurus koperasi. Kita juga langsung disuguhi deretan meja dan tumpukan buku yang membuat ruangan terasa sesak dan sumpek. Buku-buku itu berfungsi sebagai media pencatat transaksi koperasi. 616 anggota dengan berbagai macam transaksi seperti pinjaman, angsuran harian, angsuran mingguan, angsuran bulanan, tabungan, dan penyusunan laporan keuangan. Ribuan transaksi! Semuanya dilakukan dengan tulis tangan. Sungguh melelahkan dan menguras energi. 23 tahun berdiri mereka kini memiliki ruangan seluas 2 kali 3 meter persegi serta melakukan pencatatan transaksi secara manual tanpa sentuhan kecanggihan teknologi.

Kawan. Pasar Kranggan tak lebih dari 100 meter dari Tugu Jogja, simbol Kota Jogjakarta sekaligus tempat banyak anak muda sering berfoto-foto. Sekitar 3 km dari UGM, gudangnya orang-orang pintar. Kota Joga sering disebut sebagai Kota Pendidikan. Dimanakah orang-orang berpendidikan itu, tidakkah mereka melihat kondisi koperasi pasar dan pasar tradisional yang begitu memprihatinkan? Kemanakah sistem pendidikan kita diarahkan?

Koperasi Pasar Kranggan Memanggil Pengabdian Kita

Apa yang kau rasakan setelah membaca cerita itu, kawan?

Sekelompok anak muda yang tergabung dalam Sekolah Pasar mencoba mengurai permasalahan tersebut. Dipimpin oleh Mbak Ellya dan Mbak Erika dalam Tim Pendampingan Koperasi Pasar Kranggan siap meluangkan waktu, energi, pikiran, dan menerapkan ilmu yang mereka peroleh di kampus. Minggu ini mereka kembali turun ke lapangan. Namun, mereka butuh lebih banyak teman. Mereka butuh lebih banyak orang untuk berbagi.

Masih terngiang di telinga kata-kata Bu Partini, “Mas dan Mbak, kami sangat senang dan berterima kasih karena Mas dan Mbak mau memperhatikan kami.” Kalimat itu terucap beberapa bulan yang lalu saat ngobrol-ngobrol dengan pengurus koperasi untuk membeberkan rencana-rencana Sekolah Pasar. Pada saat kita baru ngomongin rencana! Sungguh teramat besar harapan mereka kepada kita.

Kawan, akankah kau ingin bergabung bersama mereka? Mengabdikan diri, membagi ilmu untuk mereka yang benar-benar membutuhkan?

Sebuah sajak dari penyair yang entah sekarang ada dimana sebagai penutup cerita ini.

Aku Ingin Jadi Peluru

(Wiji Thukul)

Apa gunanya punya ilmu tinggi

Kalau hanya untuk mengibuli

Apa gunanya banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu

Di mana-mana moncong senjata

berdiri gagah

kongkalikong

Dengan kaum cukong

Di desa-desa rakyat dipaksa

Menjual tanah

Tapi, tapi, tapi, tapi

Dengan harga murah

Apa gunanya punya ilmu tinggi

Kalau hanya untuk mengibuli

Apa gunanya banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu

Boelaksoemor, April 2012

♥♥♥
Istianto Ari Wibowo,
Koordinator Divisi Pendidikan Sekolah Pasar, Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM